VOC
masuk ke tanah Jawa demi melihat perkembangan pasar bebas Asia, karena
khususnya Jawa sudah menanam padi. Yang membutuhkan beras dari Asia hanya
Hindia. Akhirnya stok beras turah. VOC mempunyai tujuan mencari beras di tanah Jawa di bawa keluar
lalu dijual lagi ke tanah Jawa.
Akhirnya
Wirodrono diajak VOC untuk kongkalikong dengan cara menggunakan surat dari
Mataram yang dipalsu Wirodrono. Dengan pembelian harga beras murah
dinanti-nanti oleh VOC. Pada waktu panen raya padi banyak lumbung penuh beras.
Harga beras turun. Pada waktu lumbung penuh, Punggawa Mataram datang untuk
membeli beras dengan memberi keuntungan pada petani.
Bersamaan
dengan datangnya Punggawa Mataram untuk membeli padi, surat pembelian
disabotase oleh Wirodrono dan petani jadi bingung. Akhirnya hutang petani
menumpuk dan baru datang surat palsu yang dibuat VOC dan Wirodrono dengan harga
yang mencekik petani. Beras yang dibeli VOC dengan surat palsu buatan Wirodrono
dengan harga murah lalu dibawa ke Wonosobo, tidak dijual ke Mataram. Tujuannya
beras tersebut akan dijual lewat pelabuhan di Surabaya. Karena banyaknya petani
harus dibayar maka semua beras dilumbung-lumbung dijual ke Wirodrono dan
antek-anteknya yang ditunggangi VOC, dan dikuras habis.
Dengan
keadaan seperti itu Surontani menjadi bingung, apakah beras yang diinginkan
Sultan Agung seperti saat ini. Hal tersebut menjadi pertanyaan pada Surontani,
yang akhirnya hal tersebut diselidiki Surontani. Akhirnya Surontani menyuruh
Wirontani untuk menjual beras ke Wonosobo untuk mengetahui siapa yang menerima
beras di Wonosobo.
Setelah
utusan Surontani datang dengan membawa bukti-bukti (lencanam polkah, surat
palsu) membuat Surontani menjadi bertanya dan disitu pula dijelaskan bahwa
semua itu adalah tingkah laku Wirodrono. Pada waktu itu pula Surontani mencari
Wirodrono. Terjadilah perang antara Surontani dan Wirodrono. Kekalahan
Wirodrono menjadi bukti adanya surat asli dari Mataram.
Setelah
semua terkuak, atas jasanya Surontani diberi tugas untuk melindungi daerah
Wajak dan sekitarnya.
_______________________________________________
Untuk memenuhi stok pasar bebas di negara-negara
Asia Tenggara, maka VOC berusaha membujuk Sultan Mataram untuk bekerjasama,
tapi menemi kegagalan dan mencoba untuk merayu Pangeran Anom putra Sultan.
VOC 1 : Kenapa
sampai hari ini orang yang saya kirim ke Mataram belum juga datang.
(Kemudian
datang utusan VOC untuk memberi laporan)
Utusan : Tuan,
sudah saya jalankan tugas saya, akan tetapi Sultan Mataram menolak untuk
diajak kerjasama dengan VOC.
VOC 1 : (Sambil
marah) Bodoh kamu, tidak bisa mengambil hati Sultan Mataram ! Belanda macam
apa kamu !
Utusan : Jangan
kuatir tuan, saya mempunyai gagasan untuk mengajak kerjasama dengan Mataram
dengan cara memperdaya putra mahkota Mataram, yaitu Pangeran Anom, yang
mempunyai sifat suka berfoya-foya dan bersenang-senang. Sebentar lagi dia
akan datang ke tempat ini, kita ajak dia bersenang-senang. Kita paksa untuk
menandatangani surat perjanjian kerjasama penjualan beras ke VOC.
VOC 1 : Good…..
good… Ide yang bagus… and kamu nonik-nonik nanti kalau pangeran Anom datang,
kamu ajak minum-minum sampai mabuk.
(Tak lama
kemudian datanglah Pangeran Anom dan saling memberi hormat, Pangeran Anom
langsung dijamu dengan minuman sampai mabuk. Pada saat mabuk P. Anom tak
sadar kalau lencana kerajaan jatuh.
VOC 1 : Mari
silahkan pangeran, kita bekerjasama dan tolong tanda tangani surat perjanjian
ini.
(P. Anom
dalam keadaan mabuk)
P. Anom : Bab kuwi
gampang, liya dina wae sing penting saiki seneng-seneng. Ha…ha…ha…. (Setelah
merasa puas Pangeran Anom kemudian pamit untuk pergi). Wis cukup anggonku
seneng-seneng, aku tak pamit.
(Pangeran
Anom meninggalkan warung Ayu dan VOC
1 marah-marah karena rencananya gagal. Pada saat itu nonik menemukan lencana
pangeran Anom, yang jatuh di tempat itu).
Nonik : Ini
apa Tuan ? (Sambil menunjukkan lencana)
VOC 2 : Itu
lencana kerajaan yang berarti tanda kekuasaan Sultan
(Semua VOC tertawa, akan tetapi bingung bagaimana
menggunakan lencana tersebut).
VOC 2 : Jangan
kuatir. Saya tahu ada pejabat kerajaan yang mungkin bisa bantu tujuan kita.
Tumenggung Wirondrono namanya.
VOC 1 : Bagus…bagus…..
Mari kita ke tempat Tumenggung Wirodrono.
|
Adik Retno Kuning mencari P. Anom dan setelah
bertemu P. Anom menyadari kalau lencana kerajaan jatuh akibat minum-nimuman
dengan VOC
n Anom putra Sultan.
R.
Kuning : Kakang, panjenengan wonten pundi? Kula ajrih kakang.
(Datang P. Anom dalam keadaan mabuk berjalan
dengan sempoyongan dan mengira kalau R. Kuning adalah nonik-nonik Belanda.
P.
Anom : Nonik….
Oh Nonik…. Pancen ayu sliramu, ha…ha…ha….
R.
Kuning : Kakang, kula rayi Panjenengan pun Retno Kuning. Panjenengan menika wuru Kakang?
P.
Anom : Iya….
Aku bubar wae ketemu para VOC dijak mabuk-mabukan.
R.
Kuning : Kakang, menika kebangetan, sampeyan apa wis lali ngendikane
Kanjeng Romo, yen ora ngeparengake babakan kuwi.
P.
Anom : Ya,…
Retno Kuning, aku luput, aku jaluk pangapura, lan bab iki aja mbok aturake
Kanjeng Rama.
R.
Kuning : Iya Kakang….. nanging kakang lencanamu ana endi ?
P.
Anom : (Kaget)
Lho …!!!! Aduh mati aku. Iki mesti pokal gawene VOC…! Retno Kuning, yen ngono
ayo enggal digoleki.
|
Ketenaran P. Surontani menjadikan P. Wirodono
merasa kalau Sultan Mataram tidak memper-hatikan dirinya. Hal itu menimbulkan
niat jelek pada P. Surontani. Hal itu didukung oleh VOC yang juga ingin
membunuh P. Surontani.
(T. Wirodrono
merenungi kehidupannya sebagai Tumenggung, tidak sekaya seperti
punggawa-punggawa kerajaan yang lain, lalu datang istri Tumenggung)
Garwo : Kakang,
kenging menapa, kula tingali saking ketebihan Panjenengan namun mendel
kemawon.
T.
Wirodron: Nyai Menggung, tenane aku lagi mikir lan iri marang panguripane si
Surontani, ya gene dewek ne isa kawentar wiwit brang lor tekan brang wetan
yen kaya ngene kanjeng Sultan ora ana pangerten marang aku. Kamangka aku
yo….. punggowo padha karo Surontani.
(Tiba-tiba
datang VOC lalu memperkenalkan diri dan mengutarakan maksud dan tujuannya
pada Wirodrono, begitu sebaliknya)
VOC : Nah….,
Wirodrono, kalau kamu mau menurut apa kata saya nanti keinginan tuan ingin
jadi orang yang terkenal dan kaya raya pasti bisa terwujud.
Wirodrono
: Apa ya tenan pangucapmu ? Apa kena tak percaya terus yen ngono apa
piandelku ?
(VOC menunjukkan lencana kerajaan, melihat
lencana itu Wirodrono yakin bahwa VOC telah diberi wewenang oleh kerajaan.
VOC : Saya
minta Tuan menghadap sultan untuk menyampaikan bahwa Surontani sudah berani
menjual beras ke Belanda. Surat bukti perjanjian jual-beli kami tunjukkan
pada Sultan, dan saya akan memberi senjata untuk membunuh Surontani. Lencana
ini untuk tanda kekuasaan dari Mataram.
Wirodrono
: Ya…., bakal ndak tindakake. Apa sing dadi panjalukmu.
VOC : Terimakasih
tuan Wirodrono, kalau begitu saya mohon pamit.
(Setelah VOC pergi istri Wirodrono
mengingatkan agar tidak melakukan apa yang dikatakan VOC tapi Wirodrono tidak
menggubris dan pergi menghadap Sultan).
|
Sultan Agung mendapat laporan dari Wirodromo
tentang P. Surontani yang telah berkhianat pada kekuasaan Mataram dengan menjual
beras ke Belanda.
ingin
membunuh P. Surontani.
(Suasana pisowanan yang tengah berlangsung
datanglah Wirodrono melaporkan bahwa Surontani telah melakukan pengkhianatan
terhadap kekuasaan kerajaan dengan menjual beras ke Belanda, dan Wirodrono
menunjukkan surat Perjanjian Jual-Beli palsu dari VOC. Dan hal itu membuat
Sultan marah)
Sultan : Surontani ! Wis wani melangkahi
penguasaku, Wani adol beras marang Wirosobo. Kowe Wirodono..!! Sisan gawe
yang mengkone kowe tak paringi purpo lan waseso cuba buktekna kasunyatane apa
bener tumindake Surontani kaya mangkono.
Wirodrono:
Kasinggihan kanjeng Sultan, menawi kepareng kula nyuwun sabiantu prajurit
Mataram kagem ngadepi Surontani.
Sultan : Ya……, budalmu tak gawani prajurit
Mataram.
Juru
Kiting: Pangapunten kanjeng Sultan, menapa mboten keladuk dawuh Panjenengan
menapa sampun dipun penggalih kanti saestu? Kula kuwatos menawi pangkenipun
Surontani salah penampi babakan menika.
Sultan : Sampun
eyang juru kula kinten namung menika, margi engkang kedah dipun tindakaken.
Wirodono… enggal budalo.
Wirodrono
: Ngestoaken dawuh.
|
Banyaknya beras yang tersimpan di lumbung
membuat kawula wajak kebingungan dan Tumenggung Surontani memberi jalan
keluarnya.
/body>
ingin
membunuh P. Surontani.
(Sumintro pulang dari sawah menuju dapur
tidak menemukan makanan minuman di dapur sehingga marah-marah pada istrinya.
Sumitro : Iki
piye karepe bojoku, wong lanang muleh nyambut gawe kok ora digawekne panganan
lan dicepaki ngombe (sambil memanggil istrinya).
Sulastri : Nyapo
to kang…. Teko-teko kok nesu, kudune sing pantes nesu kuwi aku. Aku protes
marang kowe kang.
Sumitro : Protes…..
protes piye sing mbok karepake wong aku iki nesu.
Sulastri : Ngene
lho Kang….. Iki perkara rakyat akeh. Sampeyan kuwi kudu gelem cancut tali
wanda mecahne perkara iki. Sampeyan ngerti dewe sejatine aku bingung babakan
beras……. Kang ana ing lumbung wis semana malimpah ruah akehe……. piye carane
ngedol mbok ya sampeyan matur marang ndara Tumenggung Surontani.
(Terjadilah pertengkaran pada puncaknya.
Kemarahan Sumitro dan Sulastri tiba-tiba datanglah Surontani yang kebetulan
lewat)
Surontani : He…he… !!! Ana apa kok pada gegeran ?
(Sumitro
dan Sulastri menjelaskan permasalahannya)
Surontani : Oh….
Mangkana ta ? Bab kuwi wes tak temoake carane, beras iku sing separoh di dol
ning daerah Wonosobo.
Sumitro&
Sulastri: Lek mekaten matur nuwun ndoro Menggung.
(Begitu Surontani
meninggalkan tempat Sumitro dan Sulastri mendengar suara gemuruh pasukan yang
terlihat bendera Mataram, akhirnya Sumitro dan Sulastri berlari ke
Katemenggungan Wajak)
|
Tumenggung Surantani mendapat laporan adanya
pasukan Mataram di daerah Wajak.
Surontani : Mangertio
kowe kabeh yen saktenane Wajak kuwi bumi kang subur lan sugih. Coba kae
sawangen sisih kana ana tinggalan Wantilan Gajah, Candi Sanggrahan, dumpal
kang gambarake yen Wajak biyen kerep dadi jujukane para Punggawa keraton
Majapahit iku perlu dirumat kangge pengeling-eling anak putu ing besuke.
Punggawa:
Inggih ndoro menggung (Serentak).
Surontani : Ora
mung kuwi nyatane hasil bumine Wajak akeh nganti turah-turah mung kanggo
nyukupi kebutuhane kawula Wajak. Mula saka kuwi hasil bumi kuwi sing separo
pancen tak dol ing Wonosobo.
Punggawa :Nyuwun sewu Ndoro, Menggung menapa mboten
klentu anggenipun nyade beras ing Wonosobo, apa mboten ateges Panjenengan
mbalelo dating Mataram.
Surontani : Mangertio,
.. anggonku ngedol beras ing Wonosobo awit dinane iki ing kana lagi
kekurangan pangan. Sing kaping pindo regane beras isa luwih larang. Sing
kaping telu ana bab sing wigati lan winadi sing ora perlu tak kandakke marang
kowe kabeh.
(Datang Sumitro
lan Sulastri dalam keadaan panik melaporkan apa yang sudah dilihatnya).
Sumitro : NDara,
Ndara, kepareng matur bilih lawadan WAjak bade dipun serang prajurit saking
MAtaram.
Surontani : (Sambil
berdiri melihat keluar). Nduwe karep apa prajurit MAtaram teka mrene…! Edan!
Hei kowe-kowe kabeh.
(Bicara dengan prajurit Katemenggungan)
Ndereake aku mapak prajurit Mataram.
|
Terjadi peperangan antara Punggawa Wajak dengan
prajurit Mataram yang dipimpin oleh Wirodrono ditunggangi pasukan VOC
/html>
/body>
ingin
membunuh P. Surontani.
(Terjadi perang. Punggawa Wajak mundur,
dengan keberaniannya Surontani tetap melawan prajurit Mataram dan bertemu
Wirodrono. Mengetahui Wirodrono akan membunuhnya dengan senjata pemberian VOC
maka Surontani mengeluarkan kesaktiannya menjadi harimau, akhirnya Wirodrono
lari tunggang-langgang. Melihat hal tersebut pasukan VOC yang ikut peperangan
untuk membunuh Surontani akhirnya kewalahan yang melawan Surontani yang
berubah wujud menjadi harimau akhirnya senjata dan lencana kerajaan yang
dibawa Wirodrono jatuh dapat diambil oleh Wirontani).
|
Sultan Mataram berpikir untuk membujuk Surontani
sowan ke Mataram guna menyelesaikan masalah di Wajak.
Patih
: Kanjeng
Sultan, menawi pemanggih, kula prayoginipun Surantani kedah dipun tumpen
amargi ing benjangipun saget mbebayani tumrap kesultanan Mataram.
Sultan : Cukup!...
Apa wis mbok piker kang dadi ucapmu.
Juru
Kiting: Nyuwun sewu Kanjeng Sultan. Keparenga kula sumela atur bilih babakan
Wajak menika menapa mboten prayogi dirampungaken kanthi dipun wontenaken
rundingan utawa musyawarah. Menawi dipun keparengaken panjenengan utusan Nyai
Menggung Adisoro.
(Kalimat keterangan Sultan memahami yang
dimaksud Juru Kiting. Akhirnya Nyai Adisoro diutus menuju ke Wajak guna
berunding dengan Surontani dan juru Kiting diperintahkan untuk mengawasi)
|
Terjadinya perdebatan antara Surontani dengan
Nyai Adi Soro yang akhirnya dapat dirampungkan oleh juru Kiting serta menangkap
tumenggung Wirodrono sebagai pengkhianat.
(Mundurnya pasukan Mataram yang diburu
wadya bala Wajak dihadang oleh Nyai Tumenggung Adisoro).
Nyai
Adisoro: Cukup ! Mandeka anggonmu ngoyak prajurit Mataram (Nyai Adisoro turun
dari kudanya).
Surontani : Wonten
kersa menapa Panjenengan nyandet anggen kula munduraken prajurit Mataram.
Nyai
Adisoro: Ngene kakang Surontani, aku diutus kanjeng Sultan ngrampungake
perkara ing Wajak. Ya gene sampeyan pirang-pirang pasowanan ora nate teka,
malah saiki wani merangi prajurit Mataram. Duwe karep apa sampeyan.
Surontani : Kula
namung ngugemi dawuhipun kanjeng Sultan bilih kula dipun utus bentengi Bupati
brang Lor kang mbalela. Sejatosipun kula bingung, kengeng menapa prajurit
Mataram kok malah nyerang dateng Wajak.
Nyai
Adisoro: Kabar sing tak tampa sampeyan wani ngedol hasil beras ning Wonosobo
lan ing bangsa Walanda tanpa palilae Kanjeng Sultan.
Surontani : Bab
perkara kuwi Panjenengan kudu ngerti yen kebutuhane Wajak ora setitik, digawe
mbangun lan nyukupi kebutuhan lan kemakmurane kawula Wajak. Beras kang didol
ing Wonosobo kuwi digawe nyukupi kebutuhane wewangunan ing Wajak. Sing wigati
Panjenengan kudu ngerteni aku ora ngedol beras ana ing bangsa Walanda.
Nyai
Adisoro: Arep dikaya ngapa bukti wis ana yen sampeyan mbalela merangi
prajurit Mataram, mula manuta tak sowanake ing Mataram.
(Surontani menolak untuk dibawa Mataram
karena merasa tidak bersalah hingga akhirnya akan terjadi
peperangan,Tiba-tiba datanglah Juru Kiting menengahi.
Juru
Kiting: Sik-sik… sik aja pada padudon sak tenane ana apa. Ya gene kowe
Surontani wani mbalela ing Mataram.
Surontani : Mboten
ateges kula wani kalian Mataram, kula namung bingung prajurit Mataram dugi
ing Wajak sampun wakul kinepung untu baya mangap.
(Ditengah pembicaraan tiba-tiba datang
Wirontani membawa senapan, lencana lan polkah. Begitu tahu Wirontani membawa
lencana kerajaan seluruh yang ada member sungkem hormat. Akhirnya juru Kiting
lalu menyimpulkan bahwa seluruh kejadian ini adalah salah paham. Juru Kiting
mengajak Surontani sowan ke Mataram dan menyuruh Nyai Adisoro untuk menangkap
Wirodrono yang dianggap pengkhianat Kesultanan Mataram).
|
Sekian, semoga bermanfaat !
Comments
Post a Comment